Sekarang saya mau menulis tentang icon – icon yang saya pernah tau di Jayapura, yang sedikit banyak mempengaruhi hidup saya, tulisan ini di bagi 2 bagian. Bagian pertama saya mau menulis tentang icon yang berupa orang, legenda atau pun kelompok yang pernah ada atau mungkin masih ada sampai sekarang di Jayapura. Bagian kedua saya akan membahas tentang tempat2 yang spesial bagi saya. Selamat membaca dan semoga bermanfaat
Pertama yang saya bahas adalah Suster Jacqueline (dia pu ejaan nama benar kah trada?)
Terus terang saya tidak tau mulai kapan legenda ini ada, tapi jaman saya kecil dulu saya kira tidak ada anak kecil di Jayapura yang tidak mengetahui suster Jacqueline. Saya ingat kalau saya dan kakak perempuan saya, Monika, selalu pindah tempat duduk ke sebelah bapak saya yang membawa mobil ketika kami melewati sky line pada waktu malam hari. Kami selalu takut dengan suster Jacqueline, walaupun kami tidak pernah melihat dia. Kecelakaan2 yang terjadi di tikungan mata kucing (tikungan Jacqueline diatas tikungan mata kucing kalau kita dari arah Jayapura menuju Abepura) pun selalu di kaitkan dengan dia. Terus terang saya sudah lupa legenda tentang suster ini, yang saya ingat adalah dia seorang suster belanda. Dia diperkosa dan mayatnya di buang di daerah sky line sehingga arwah nya bergentayangan di sana. Orang Jakarta boleh bangga dengan legenda si manis jembatan Antjol, tapi kawan, di Jayapura tong juga ada suster Jacqueline yang legendanya mungkin masih ada sampai hari ini.
Yang kedua adalah Black Brothers
Saya kira tidak ada orang Jayapura jaman dulu atau orang Papua pada umumnya yang tidak mengenal Black Brothers. Mungkin dalam skala nasional mereka kalah bersaing dengan Koes Ploes, God Bless, Rollies, Pance, dll, tapi jangan ko tanya tentang mereka di Jayapura. Saya terus terang sudah lupa tentang nama2 personilnya, begitu juga dengan judul lagunya, yang saya masih ingat mungkin cuma ’Gadis di Lembah Sunyi’. Kepopuleran mereka sangat membentuk semangat hidup dan gaya hidup orang Jayapura. Saya punya teman akrab, asli Jawa tapi besar di Papua, yang sampai sekarang mungkin masih memiliki koleksi lagu2 mereka, dan itu benar2 sangat membentuk kepribadian dia untuk menjadi seorang ’komen’.
Icon ketiga adalah Persipura
Kalau kawan ko tidak tau Persipura, berarti ko bukan anak Jayapura. Tidak ada anak laki-laki di Jayapura yang tidak tau tentang Persipura. Sampai sekarang pun Persipura masih tetap mengharumkan nama kota Jayapura. Jaman dulu kalau tong lagi main bola di Mandala, terus lihat ada Panus Korwa, beh tong buat dia macam David Beckham jaman sekarang begitu. Saya masih ingat lagu jaman kecil tentang Persipura yang dirubah dari lagu Teluk Bayur:
La bayang tangan pukul, kaki tendang, kepala kopeng,
Yang di cetakkan oleh Panus Korwa,
Bola yang diberikan oleh kapten Leo Kapissa
Merubah kedudukan satu kosong
Sebelum Arema punya lagu ’kita harus menang’, Persipura sudah punya lagu andalan ini. Saya tidak tau sekarang lagu andalan nya Persipura apa, tapi saya yakin Persipura tetap jaya.
Terakhir dan favourite saya ialah Pace One dan Mace Dorkas (Obrolan Warung Pinang)
Anak saya sekarang setiap bangun pagi dia langsung cari tv, anak kecil ini dia langsung cari acara Dora the Adventure di tv Global. Ironis sekali dengan jaman saya kecil, dulu ibu saya atau kakak2 saya selalu memulai hari dengan memutar RRI Jayapura dan mendengarkan acara obrolan warung pinang. Kalau tidak salah ingat dulu saya pernah tanya sama sa pu ibu, sebenarnya pace One dan mace Dorkas ini dong pu kerja apa kah, kenapa tiap hari dong tinggal duduk bicara di radio terus. Begitu banyak mob, pengumuman dan kejadian2 aktual yang kerap di bicarakan di warung pinang, so kalau tong mau tau kejadian aktual yah tong wajib mendengarkan obrolan warung pinang. Begitu berpengaruhnya mereka sampai2 begitu banyak orang yang mengutip pace One dengan mace Dorkas pu kata2, bahkan pejabat sekalipun ataupun pendeta saya di GKI Paulus dulu (Alm. Pdt J Parman), pernah mengutip apa yang di bicarakan di warung pinang. Saya tidak tau pasti kapan acara ini berhenti, karena setelah SMA saya berhenti mendengarkan radio. Jakarta boleh punya warung kopi DKI tapi tong di Jayapura, trada yang blok warung pinang kawan. Salut buat om Sarwom dan tante Marlissa (benar dong dua to yang jadi pace One dan mace Dorkas?) atas acara warung pinangnya yang melegenda. Kawan, ko masih ingat kata-kata ini kah trada:
Dorkas e Dorkas e Dorkas kandas e Dorkas kandas e
Abu abu putung nelon nelon putus Dorkas kandas e
Icon berikut pantai Base-G
Sebenarnya banyak pantai yang lain yang indah dan menarik di Jayapura seperti Dok II depan gubernuran (dulu malam2 saya biasa nongkrong sama Donnie, Priadi, Ade, Agus, Herman Tolle, Marnes Tambuwun, Robert dll sambil matiin lampu jalan yang di depan BP7 kalo tra salah), pantai Hamadi, pantai Holtekamp (moga2 ejaannya benar), pantai Amay, pasir VI, dll, tapi kan judul ceritanya icon, mosok semua di jadikan icon, so saya pilih Base-G sebagai icon.
Kenapa saya bilang tempat ini spesial? Satu hal adalah pasir putih di pantai Base-G yang memang seng ada lawan. Pasir di pantai kuta menurut saya kalah di bandingkan dengan pantai Base-G. Hal yang lain adalah kita bisa berjalan kaki (asal tidak injak duri babi saja)sampai ke batas laut dalam, itulah istimewanya Base G. Saya masih ingat, waktu saya kecil, keluarga kami sering sekali piknik ke pantai Base-G, biasanya kami membawa makanan sendiri tapi yang paling saya kenang adalah menikmati jagung rebus dengan bumbu sambal yang di campur garam yang biasa di jajakan di pantai. Man, I missed that simple food so much, saya tidak tau di mana lagi saya bisa dapat makanan itu. Menikmati angin laut sambil minum air kelapa muda langsung dari kelapanya adalah hal yang saya idamkan sambil menikmati pemandangan laut.
Selain itu secara personal saya tidak mungkin lupa pantai Base-G karena saya mengalami pengalaman hampir mati di tempat tsb. Begini ceritanya, saya, abang saya Olisias, kakak saya Monika bersama saudara saya Ivan Bakkara dan yang lainnya kami berjalan kaki menuju batas laut dalam, setelah itu kami pulang kembali ke pantai tempat keluarga kami berkumpul. Sekitar 5 meter dari pantai ada batas pasir dengan terumbu karang, sebenarnya tempat itu tidak dalam, tapi untuk ukuran anak umur 5 – 6 tahun seperti saya itu dalam (tinggi saya masih 1 meter kotor seperti kata ibu Salakay dulu). Waktu itu saya berada di belakang saudara2 saya dan tiba2 saya salah jalan masuk ke tempat tsb. Saat itu saya belum bisa berenang, saya berusaha mengangkat tangan, tapi tidak ada yang melihat, saya berusaha teriak ke saudara2 saya tapi tidak ada yang mendengar karena mulut saya sudah kemasukan air, jadi suara saya tidak terdengar. Dengan kekuatan terakhir saya menginjakkan kaki ke dasar dan menolak tubuh saya sekuat mungkin sehingga saya mumbul dan berteriak. Tapi tetap saja tidak ada yang mendengar, dan akhirnya saya tenggelam sambil menahan napas dan pasrah, tapi tiba2 ada tangan yang menarik tangan saya dan menolong saya keluar dari cekungan itu. Ternyata saudara saya Ivan Bakkara berada di belakang kami dan dia melihat saya mulai tenggelam dan cepat2 menolong saya. Thanks God and thanks to my brother Ivan because of that, sampai di pantai saya malah di marahin sama saudara2 saya karena di bilang saya salah jalan dan tidak mengikuti jalur yang mereka lewati. Itu adalah cerita lain dari pantai Base-G yang dengan segala keindahannya menyimpan keganasan yang hebat juga, sudah banyak orang atau bahkan teman kita yang menjadi korban di sana, tapi kita selalu ingin kembali ke pantai Base-G.
Kemudian yang kedua adalah The Overlook
Di bagian ini saya terpaksa memilih banyak tempat, karena masing2 memiliki keunikan tersendiri. Jaman saya kecil dulu saya sering mendengar ungkapan bahwa Jayapura itu seperti Hongkong di waktu malam tapi seperti Beirut di waktu siang hari. Walaupun saya sampai sekarang belum pernah ke Hongkong dan Beirut, tapi saya mengiyakan saja ungkapan ini. Karena memang kenyataannya Jayapura mungkin seperti itu, tapi kalau kita benar2 ingin lihat keindahan Jayapura ada beberapa spot yang bisa kita kunjungi dan semuanya memiliki keindahan yang bagus. Tempat2 ini termasuk sky line, dimana kita bisa melihat keindahan teluk youtefa (tobati) dan merasakan hembusan angin yang sejuk dan menenangkan. Tidak salah di sana di buat tempat peristirahatan gubernur.
Selain itu kalau kita ingin melihat keindahan danau sentani kita bisa datang berkunjung ke Tugu Mac Arthur di ifar gunung dan melihat keindahaan danau sentani dari atas gunung. Memang Jendral Mac ini bukan orang bodoh, pace dia tau tempat yang bagus untuk mengawasi musuh sekalian sambil melihat pemandangan indah. Dulu saya pernah ikut lomba lintas alam di cyclop dan kita berjalan kaki melewati rumput alang2 ini. Walaupun capek tapi enak sekali melihat pemandangan danau sentani.
Overlook berikutnya adalah tower TVRI yang ada di polimak, dari sini kita bisa melihat teluk Yos Sudarso, apalagi jika banyak kapal yang masuk atau kalau Umsini masuk di waktu senja, beh mantap kawan. Terakhir saya ke tempat ini mungkin tahun 96 an sama2 Imelda Simanjuntak, Ade dan Sherly Anggreini.
Untuk menghormati teman saya Wienda dan anak2 Angkasa yang lain, saya masukan juga tempat duduk di bawah wisma kangguru tepatnya di tingkungan dari lembah sunyi menuju ke jalan Pepera (dulu saya dengan sa pu kakak2 pu teman sering main sepatu roda di Pepera). Saya sarankan ke tempat ini senja hari atau malam hari, tapi jangan lupa bawa jaket supaya tidak masuk angin . Pemandangan di situ indah sekali apalagi kalau bagan2 nelayan sudah menyalakan lampu2 dan pada saat langit cerah, kita seolah2 melihat bintang di langit dan bintang di laut, serasa seperti melihat bayangan bintang di bawah sana.
Terakhir yang saya mau bahas adalah lapangan tembak a.k.a lapangan golf. Saya tidak tau bagaimana kondisinya yang sekarang, tapi yang saya ingat adalah waktu saya ikut jambore ranting di sana dan hari2 saya nongkrong di sana bersama teman2 SMA saya. Dulu di sana tidak ada lampu jalan, sehingga pada waktu malam kita bisa melihat lampu2 kapal nelayan, lampu2 di kayu batu dan daerah sekitarnya dengan sangat2 terang. Kalau kita melihat ke langit pun kita bisa melihat bintang dengan jelas. So pasti yang paling mantap berada di sana pada saat bulan purnama, luar biasa, bulan seolah olah dekat sekali dengan kita dan bersinar terang sekali.
Icon ketiga adalah Tangga Seribu
Kenapa saya memilih tangga seribu? Karena saya yakin banyak dari kita yang lama tinggal di Jayapura pasti sudah pernah mendengar tentang tangga seribu, tapi saya tidak yakin kalau kita semua pernah menjelajahi lokasi ini dari ujung sampai ujung. Saya terus terang tidak tau siapa yang membuat jalur hiking ini, tetapi siapapun mereka saya salut dengan apa yang telah mereka perbuat. Saya tidak tau bagaimana kondisinya sekarang, tapi gara2 tangga seribu saya lebih dapat menghargai alam. Saya bersyukur karena saya tinggal di Jayapura, tidak kebayang kalau saya besar di Jakarta, mungkin saya tidak bakal menghargai alam seperti sekarang ini. Saya tidak tau pasti tapi saya kira tangga seribu ini adalah jalur yang mengelilingi kota Jayapura melalui hutan2 sekitarnya bahkan mungkin sampai ke Abepura dan sekitarnya. Semoga ada orang yang membuat peta tentang jalur ini dan di jadikan wisata alam buat orang2 yang berkunjung ke Jayapura. Mungkin terakhir kali saya ke tangga seribu adalah ketika ikut hiking PMR SMA 2 sekitar tahun 96 an.
Icon keempat adalah The Buildings
Untuk bangunan saya memilih empat bangunan yaitu Gereja Pengharapan, Gedung DPRP, Kantor Gubernur dan terakhir adalah Rumah Dinas Gubernur. Gereja Pengharapan dan gedung DPRP adalah icon yang bisa langsung kelihatan ketika kita memasuki kota Jayapura melaui teluk Yos Sudarso. Apalagi ketika malam hari, mereka merupakan salah satu faktor kenapa Jayapura di bilang seperti Hongkong pada waktu malam hari. It’s so beautiful to look the sparkling lights from both place. Dulu ada cerita gereja ini akan di beli oleh AL, tapi semua masyarakat Jayapura menolak hal itu, dan saya sangat setuju karena ini adalah salah satu icon penting di kota Jayapura.
Saya kira kantor gubernur Papua adalah merupakan salah satu kantor gubernur yang terindah yang ada di Indonesia. Saya masih ingat lapangan upacaranya dan di sebelahnya ada taman yang berisikan pohon beringin yang besar sekali yang membuat tempat ini sejuk, walaupun itu sangat menyusahkan petugas kebersihan di sana. Terletak di tepi pantai dok II yang membuat kantor ini sangat istimewa. Dulu setau saya pernah terjadi kebakaran di gedung yang paling kanan dekat dengan kantin, tapi saya yakin sekarang sudah di perbaiki. Selain itu katanya sekarang sekelilingnya sudah di tutupi tembok, yah saya kurang setuju sih, tapi jika itu bisa menambah keindahannya yah bagus lah.
Terakhir adalah rumah dinas gubernur yang terletak di dok V atas dekat dengan rumah saya di macan tutul. Saya belum pernah melihat rumah dinas gubernur sebagus itu di propinsi lain, mungkin kalau sekarang bisa2 gubernurnya di periksa sama KPK ya. Saya masih ingat dengan kolam2 di jalan masuk pendopo dan begitu juga kolam2 renang yang lainnya. Sungguh saya bangga sekali karena Jayapura memiliki tempat ini. Dulu waktu saya masih bersekolah di TK Trikora BKOW dok V, kami seringkali di ajak oleh guru untuk bermain di taman di rumah dinas gubernur ini (Ina - Siti Zainab Kusumwati, ko masih ingat kah?). Taman di sana sungguh rimbu dengan pepohonannya, dan kami sering bermain kejar2an di taman tersebut. Dulu taman itu di penuhi oleh pohon cengkeh yang konon di tanam oleh pak Soetran (gubernur dulu yang katanya adalah seorang raja cengkeh di Trenggalek). Saya tidak tau apakah taman yang mengelilingi rumah dinas gubernur ini masih ada atau tidak, tapi terakhir yang saya tau taman itu sudah tidak terawat lagi.
Icon kelima dan favourite saya adalah Mandala
Kawan ada yang ingat kapan stadion Mandala di resmikan kah? Saya juga tidak ingat, tapi yang saya ingat yang meresmikan adalah Soeharto. Mandala menurut wikipedia berasal dari bahasa sansekerta yang artinya adalah essence atau bisa juga di artikan sebagai circle-circumference. Ada juga yang mengatakan Mandala itu sebuah senjata yang berbentuk seperti lingkaran. Bagi bangsa Indonesia Mandala itu adalah sebuah operasi militer di Papua, tapi bagi orang Jayapura Mandala itu adalah stadion olahraga kebanggaan Jayapura. Mandala adalah satu2nya, yang saya tau, stadion olahraga yang berada di tepi pantai. Ini adalah monumen yang saya kira di buat oleh pak Acub Zaenal sebagai gubernur Irian Jaya waktu itu. Beliau membangun infrastructure seperti kantor Gubernur, GOR, perumahan Pemda Entrop dan Kotaraja, bandara Sentani dan stadion Mandala (saya yakin itu karena kecintaan beliau terhadap sepak bola dan melihat potensi yang ada di Papua) yang mengakibatkan pemerintah Jayapura pada tahun 1975 an memiliki hutang Rp 75 Milyar dengan kurs pada waktu itu (silahkan liat buku pintar edisi2 lama). Mandala menjadi pusat kegiatan anak2 kecil dan orang dewasa di daerah sekitarnya termasuk saya. Saya ingat dulu saya pernah main bola, main volley, main basket dan berenang di pantai dalam suatu siang di Mandala. Bicara soal main bola saya jadi ingat teman SMP saya, namanya Ratna, dulu saya dan teman2 sering menjuluki dia ’Rambo’, karena walaupun dia perempuan tapi tomboynya abis, bahkan beberapa kali sempat main bola sama2 kami di Mandala (Ratna sekarang di mana ya?). Hampir tiap hari saya main ke Mandala, entah cuma untuk nongkrong atau pun berolahraga. Mandala juga menelurkan atlet2 yang membawa nama harum Jayapura, seperti atlet angkat besi/berat, tinju (dulu ada sasana Embru dengan pelatih Carol Renwarin di Mandala), sepakbola (seperti teman saya Alm. Chaki – Izaac Fatari, dll), atletik dll. Sekarang sepertinya Mandala hanya menjadi home base stadion buat Persipura dan sudah di kelilingi oleh tribun2 tempat duduk seperti layaknya stadion sepak bola yang lain, saya tidak tau apakah Mandala masih bisa di pergunakan oleh orang umum untuk main bola atau berolahraga yang lain atau tidak.
Sebelum saya tutup saya harus minta maaf kalau saya terpaksa memasukkan Macan Tutul di dok V atas, karena di sini lah tempat saya besar. Khususnya di Macan Tutul No. 10, silahkan lihat di wikimapia untuk lokasi detailnya, hahaha. Ada yang tau tidak di gunung di belakang macan tutul ada lapangan bola dari tanah liat?. Walaupun tidak seluruhnya datar tapi dulu saya sering sekali main bola disitu, biasanya kita dari macan tutul dan sekitarnya main bola lawan anak2 dari dok VIII atas sama dok IX atas, sudah gitu kita biasa main bola tidak pake sepatu lagi, dasar Kultab (Kulit Tabal) neh!
So, sebenarnya banyak tempat yang bisa kita jadikan icon di Jayapura, tempat2 lama yang bisa di jadikan icon antara lain adalah GOR Acub Zaenal (katanya sekarang namanya ini ya?), taman imbi dimana ada monumen yos sudarso di dalamnya (ada yang masih ingat singkatan imbi?), bhayangkara, tanjung kayu batu, kayu pulau, mungkin juga perempatan lumba2 (seperti kata fifi), katedral Dok V, scorpio (ada yang masih ingat peristiwa kebakaran pas malam Natal dulu kah?) dll. Untuk saat sekarang mungkin bisa juga kita masukan Uncen baru, Lapangan Golf di Makodam baru, Vihara di VIM, dll.
Dulu saya dan teman saya, Priadi, juga pernah bermimpi tentang hal ini. Mimpi saya adalah membuat sebuah resto atau tempat hang out terapung meneruskan apa yang pernah ada di resto Porasko jaman dulu, cuma ide saya lebih terapung . Sementara teman saya bermimpi untuk membuat patung besar di ujung tanjung kayu batu, sehingga semua orang yang memasuki teluk Yos Sudarso akan melihat landmark tsb. Sayangnya ide teman saya itu adalah membuat patung yang melukiskan figure orang sedang mabuk dengan tulisan ’selamat datang di Jayapura, kota pemabuk’. Yah, itulah salah satu hal yang harus di hilangkan dari kota Jayapura. Jaman saya SMA sering sekali kita lihat orang mabuk di mana – mana, di taman Mesran, di taman Porasko, taman imbi, di dok II pantai, terminal lama bahkan di emper2 toko sepanjang jalan Ahmad Yani dan percetakan. Hal ini sungguh tidak nyaman dan mengganggu, apalagi kalau kita lari pagi di hari minggu, bisa2 kita tidak lari tapi cuma menghindar orang mabuk. Semoga keadaan sekarang lebih baik dari yang dulu.
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar